Bab 49
Di pasar ikan timur kota, ada seorang pria bernama Handoko yang berusia sekitar 27 atau 28 tahun dan baru saja menjabat menjadi penguasa pasar ikan terbaru. Dia memiliki wajah yang gemuk dengan bekas luka dan mata yang penuh dengan keserakahan dan kekejaman!
Setelah mengambil alih posisi Iwan di pasar ikan, awalnya dia ingin menuruti perintah Eko untuk tidak mengambil komisi dari mereka.
Namun, melihat warga Dusun Darmadi yang menjual begitu banyak ikan setiap hari, dia jadi tidak
tahan.
Eko mengernyitkan alisnya. Awalnya, Eko mengira orang Dusun Darmadi itu tidak akan mungkin bisa menjual begitu banyak ikan setiap hari. Kini setelah melihat penjualan harian mereka yang mencapai 250 sampai 300 kilogram per hari, Eko menjadi agak menyesal! 1
Sebenarnya, uang 70% yang diberikan oleh penguasa pasar ikan ini kepadanya, harus disetorkan kembali ke kepala kepolisian sebesar 60%.
Bahkan hanya 10% sekalipun, nominalnya sudah mencapai 20.000 gabak. Ini bukan jumlah kecil.
bagi Eko.
“Ayolah, Tuan Eko!” +
Dengan wajah cerdik, Handoko berkata, “Tuan Eko, aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidiki sarjana di Dusun Darmadi itu. Dia sudah lama putus. sekolah dan tidak mungkin akan menjadi pejabat lagi.”
Lalu, mengenai Zabran, meskipun dia hebat, Tuan tinggal cari petugas kepolisian dan pemanah saja untuk mengepungnya. Punya kekuatan super pun dia tidak akan bisa berkutik.”
“Kamu sedang mengguruiku, ya?”
Dengan alis terangkat, Eko menatap bawahan baru ini. Wajahnya tampak sangat murung.
Bukl
Tubuh Handoko bergetar dan dia langsung berlutut, wajahnya penuh ketakutan. “Tuan Eko, mana
mungkin aku berani mengguruimu? Aku hanya seorang preman kecil. Kini, aku bisa menguasai
pasar ikan semua berkat dirimu. Aku sangat paham bahwa setiap ucapanmu akan menentukan
nasibku. Jadi, semua ucapanku ini adalah demi kebaikanmu.”
Eko menatapnya sambil tersenyum, dia sangat puas terhadap sikap Handoko.
“Bukannya aku tidak mendengarkan nasihatmu!”
Handoko berkata dengan wajah getir, “Męski aku mematahkan kaki Iwan dan menggunakan
+15 BONUS
kekerasan untuk mengendalikan orang–orang di pasar ikan. Namun, orang–orang dari Dusun Darmadi sama sekali tidak dikenakan biaya, padahal mereka menjual begitu banyak ikan setiap hari. Sementara orang yang penjualannya sedikit malah kita kutip biaya. Hal ini membuat semua orang menjadi tidak senang.” t
“Bahkan, ada beberapa orang yang mau meniru cara kerja orang dari Dusun Darmadi. Kalau hal ini terus berlanjut, bisnis di pasar ikan akan hancur. Semua bawahanku mulai mengatakan hal–hal yang tidak menyenangkan. Dengan kemampuanmu, sangat mudah bagi Tuan Eko untuk menindas kelompok perusuh ini. Jadi, kenapa Tuan Eko malah begitu menghargai sekelompok orang itu dan tidak mau mengambil uang mereka?”
Duk duk duk…..
Eko mengetuk–ngetuk jarinya di atas meja sambil tersenyum sinis. “Kamu kira aku akan takut dengan seorang sarjana dan tukang pukul? Aku punya banyak cara untuk menghadapi mereka. Hanya saja, Bupati saat ini baru menjabat dan situasi di kantor kabupaten masih belum jelas. Kalau aku bertindak sekarang dan menimbulkan masalah, tidak ada yang tahu apa yang akan
terjadi.
Beberapa hari yang lalu, orang–orang dari Dusun Darmadi menangkap Kepala Desa Pimola dan pergi ke kantor kabupaten untuk mengajukan keluhan. Pada akhirnya, Bupati benar–benar memenjarakan kepala desa tersebut dan menghukumnya dengan tiga tahun penjara sebagai
tahanan politik.
Di kantor kabupaten, ada sebuah panggilan tidak resmi. Bupati disebut sebagai “Tuan Besar Kabupaten“, Wakil Bupati sebagai “Tuan Kedua” atau “Bendahara Utama“, dan Wakil Bupati kedua
sebagai “Penasihat Kabupaten“.
“Hah!” seru Handoko dengan kaget
Temyata orang–orang dari Dusun Darmadi itu benar–benar selancang itu? Mereka benar–benar menangkap kepala desa? Kepala desa juga merupakan seorang pejabat, tetapi Bupati justru tidak berpihak padanya, malah membantu orang–orang kampungan tersebut.
Eko tertawa sinis sambil berkata, “Takut, ya?”
“Tidak takut!”
Dengan keringat dingin di dahinya, Handoko berkata dengan berani, “Selama Tuan Eko memberi
perintah, aku akan melakukan semuanya!”
Eko tersenyum tipis, lalu berkata, “Kalau kamu tidak takut, kita akan menangani perusuh-
perusuh itu.
“Apa?” tanya Handoko dengan tercengang.
Padahal, baru saja Tuan Eko berkata bahwa Bupati berpihak pada orang–orang itu, sekarang dia
malah ingin menghabisi mereka Tindakan Eko ini benar–benar sulit ditebak dan sulit untuk dipahami!
“Kalian berdua tetap melanjutkan kegiatan seperti biasa selama dua hari ini. Setelah aku mengatur semuanya, kalian bisa langsung bertindak!”
Raut wajah Eko sangat sulit ditebak.
“Baiklah!”
Setelah itu, Eko pun menangkupkan tinjunya untuk memberi hormat dan pergi. Dalam hatinya merasa antusias, sekaligus takut. 1
Jika mereka bisa mengendalikan orang–orang dari Dusun Darmadi, tidak akan ada lagi orang yang
berani melawan mereka di pasar ikan.
Namun, ucapan Eko membuatnya tidak mengerti. Bupati berpihak pada orang–orang itu, tapi Tuan Eko malah mau menghabisi mereka?
Eko menghela napas dengan pelan sambil bergumam, “Uang bisa memengaruhi isi hati seseorang, bukan?” 2
Dari 70% biaya yang dikutipnya, sebenarnya Eko hanya mendapat 10%, sisanya diberikan kepada Pak Rangga. Meskipun uang 20.000 gabak per bulan itu sangat menggiurkan baginya, Eko berencana untuk mengamati situasinya terlebih dulu. Sementara itu, mengingat uang senilai 120.000 gabak dari 60% biaya yang dikutip, Pak Rangga tidak sabar untuk turun tangan.